A Clocwork Orange: How to Describe this Movie?
Very Disturbing but this Is A Masterpiece!
Stanley
Kubrick is one director who produced many masterpieces of films in different
genres. Sebut saja Spartacus, film epic kolosal yang dipuji banyak kritikus sampai
film romansa drama thriller Eyes Wide Shut. Pendekatan Kubrick dalam
menghasilkan sebuah karya film bukanlah film-film se-versi Hollywood, dia
mempunyai pendeskripsian tersendiri untuk filmnya. Dengan ciri khas yang
mengikuti perkembangan jaman tetapi trademark-nya tidak hilang dalam hal
visulaisasi dan jalannya cerita yang disuguhkan, memusingkan tetapi membuat
ketagihan. Jika ditelisik lebih lanjut banyak dari film Stanley Kubrick adalah
naskah yang sudah diadaptasikan, bersumber dari buku atau kisah bersejarah.
Begitu juga dengan A Clockwork Orange, film ini diambil dari novel yang
berjudul sama hasil karya Anthony Burgess,
dengan genre dystopia-sci-fi-drama.
This is disgusting movie, not, maybe this is the
movie that brings you to pop up a new of an ideological mess. Tema yang
disajikan memang tema yang mendalam dan bukanlah tema sederhana. Sebuah tema
yang selalu menjadi mimpi buruk bagi masyarakat bermoral dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang tinggi, yaitu permasalahan
filosofis free will vs morality. Dilema
pertentangan kebebasan dengan moralitas ini benar-benar dijabarkan sangat
ekstrim oleh Stanley Kubrick dalam sikap ultra-violence sang pemeran utama
dalam lingkup visual dan tone yang cerah-norak-orange-opera-mencengangkan,
hasil fotografi yang instrument penghias benar-benar indah namun mengusik mata.
Film menceritakan kondisi Inggris futuristik,
menampilkan sekelompok preman dikendalikan oleh seorang pemuda, Alex (Malcolm
McDowell), yang anti-sosial dan merajalela. Melakukan pemerkosaan, perampokan,
pemukulan berlimpah ruah layaknya menyeruput air untuk menembus dahaga.
Akhirnya Alex berhasil ditangkap, dipenjara dan mengalami pengobatan
eksperimental untuk menyembuhkan dia dari kecenderungan anti-sosialnya, yang
kemudian dilepaskan kembali ke lingkungan masyarakat madani.
Tema lain dari film ini adalah permasalahan youth culture yang salah satunya digambarkan melalui penggunaan bahasa ‘slang’ yang disebut Nadsat. Nadsat menjadi bahasa awam yang digunakan oleh Alex and the gang. Nadsat ini merupakan bahasa slang remaja gabungan terdiri Slavia (terutama Rusia), Inggris, yang gaul dan berima Cockney yang diciptakan sendiri oleh sang penulis buku, Anthony Burgess. Karakterisasi sisi youth culture juga di cirikan dengan gerakan-gerakan anti kemapanan yang terselipkan di film ini.
Tak dapat digambarkan secara jelas mengenai apa keunggulan utama dari film ini, karena semua unsur sangat menonjol. Naskah, alur cerita, acting, visualisasi, dan iringan musik klasik dari Singin’ In the Rain sampai karya-karya Beethoven. Sudah cukup jelas film ini sangat berbahaya ditonton oleh mereka yang mendukung ‘free will’ atau mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral kemanusiaan. Segera buka pandangan kita untuk meresapi makna yang terselip dari film yang mengganggu pikiran ini. Menonton film ini sudah dijamin membuat penonton bingung terhadap Alex, apakah harus simpati atau malah mengutuknya? Tidak ada manusia baik dan manusia jahat, yang ada hanya manusia yang menjadi korban, tak terkecuali Alex. Korban dari bentukan masyarakat yang hipokrit, korban budaya kekerasan, bahkan korban dari kebebasan pikiran.
Directed by: Stanley Kubrick
Written by: Stanley Kubrick, Based on A Clockwork Orange by Anthony Burgess
Starring: Malcolm McDowell, Patrick Magee, Adrienne Corri, Miriam Karlin
Rated: R, for brutal violence, strong language and sexual nudity
My Rate Overall: 4.5/5
Gua suka gaya bahasa prokem si Alex di film ini.
ReplyDeleteThere was me, that is Alex, and my three droogs,
Keren abis nih yeeeee
Tapi pe er banget buat ngerti bahasa slang mereka. Gw nontonnya gak ada sub Indo sih... Hehehe....
Delete